REGLOSERVICES.COM – Dunia anime fiksi ilmiah sering kali menawarkan cerita yang mengejutkan, di mana kekuatan gelap dan sistem yang korupasi justru meraih kemenangan. Hal ini menunjukkan bahwa kadang-kadang usaha para pahlawan tidak cukup untuk merubah situasi.
Struktur kekuasaan yang telah mapan seringkali lebih kuat dibandingkan dengan perjuangan individu untuk melawan. Dapat dikatakan bahwa pihak-pihak yang menguasai serta memiliki sumber daya cenderung bisa mempertahankan posisi mereka dalam anime fiksi ilmiah.
Tidak mengherankan jika anime fiksi ilmiah sering kali menyoroti pertanyaan mengenai nilai dan norma yang ada, sekaligus memberikan gambaran tentang seberapa besar pengaruh kekuatan dan kekuasaan terhadap masyarakat.
Anime dengan genre ini juga menunjukkan bahwa perubahan sering kali sulit dicapai sehingga perjuangan para pahlawan dapat berakhir dengan kekalahan. Hal ini terlihat dalam lima anime fiksi ilmiah terbaik di mana para penjahat menang pada akhir cerita berikutnya.
1. Ergo Proxy (2006)
Ergo Proxy berhasil memadukan elemen fiksi ilmiah dengan filsafat untuk mengeksplorasi ketakutan eksistensial dan kehilangan makna hidup. Berlatar di dunia yang dikuasai oleh robot yang disebut Proxies, anime ini mempertanyakan esensi keberadaan manusia serta tujuannya dalam kehidupan.
Lewat karakter utama bernama Re-l, cerita perlahan mengungkapkan kebenaran tentang keberlanjutan umat manusia. Namun, meskipun kebenaran itu terkuak, tidak ada perubahan signifikan yang terjadi. Sistem represif yang ada tetap tegak dan nyaris tidak tergoyahkan hingga akhir cerita, meninggalkan rasa frustrasi dan keputusasaan.
2. Texhnolyze (2003)
Texhnolyze membawa penontonnya menyelami kompleksitas psikologis, menggambarkan keputusasaan yang tumbuh di tengah runtuhnya tatanan masyarakat dalam dunia cyberpunk yang suram. Tanpa kehadiran sosok pahlawan untuk menyelamatkan situasi, kehancuran terasa semakin mendekat. Konflik dalam anime ini dipercepat oleh berbagai faktor seperti kerusakan moral manusia dan sistem sosial yang sudah terlalu cacat.
Tema inti dari Texhnolyze berkutat pada kekosongan eksistensial, menghadirkan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang makna keberadaan manusia. Di ujung cerita, nihilisme menjadi pemenang nyata. Tidak ada antagonis maupun protagonis yang jelas—hanya kehampaan yang menanti manusia di kehancuran akhir. Anime ini meninggalkan kesan yang mencekam, memvisualisasikan manusia yang perlahan lenyap tanpa makna ataupun warisan.
3. Casshern Sins (2008)
Casshern Sins, sebuah karya dari Tatsunoko Productions yang dianimasikan Madhouse, berlatar di dunia distopia yang mendekati kepunahan. Sang tokoh utama, Casshern, membawa beban rasa bersalah atas perannya dalam kehancuran dunia. Pencarian penebusan dosanya tidak membawa perubahan berarti, malah semakin menambah penderitaan di sekelilingnya.
Anime ini menampilkan siklus kehancuran yang terus berulang, seolah-olah keputusasaan adalah takdir tak terhindarkan. Meski Casshern mungkin menemukan sedikit kedamaian batin, dunia di sekitarnya tetap runtuh tanpa penyelesaian nyata. Pada akhirnya, Casshern Sins menggambarkan pandangan pesimis tentang kehidupan dan dunia yang tidak dapat diselamatkan, meninggalkan penonton dengan rasa putus asa mendalam.
4. Gantz (2004)
Diadaptasi dari manga karya Hiroya Oku, Gantz menggambarkan dunia brutal di mana para karakter terjebak dalam lingkaran kekerasan dan kematian tanpa akhir. Mereka dipaksa melawan makhluk berbahaya dalam sebuah permainan mematikan yang jauh melampaui kendali mereka. Sistem di balik permainan tersebut dengan kejam memperlakukan mereka tanpa pandang bulu.
Akhir cerita Gantz menghadirkan nuansa gelap, di mana bukan hanya kekejaman terus berlangsung, tetapi juga dilembagakan sebagai sesuatu yang normal. Sistem yang menjadi inti masalah tetap bertahan tanpa perubahan sedikit pun, meninggalkan karakter-karakter dalam anime ini—dan penontonnya—dengan rasa tak berdaya terhadap kejahatan yang terorganisasi.
5. Psycho-Pass (2012)
Psycho-Pass menggambarkan masa depan kelam di mana Sistem Sibyl memiliki kendali penuh atas masyarakat dengan menentukan potensi kriminal seseorang sejak awal. Shogo Makishima, antagonis utama dalam cerita ini, percaya bahwa kebebasan sejati manusia terletak pada kehendak bebas dan berjuang keras untuk menghancurkan Sistem Sibyl hingga akhir hayatnya.
Namun, upaya Makishima untuk melawan terbukti sia-sia karena Sistem Sibyl tetap kokoh dan terus menjadi pengendali dunia. Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat menjadi musuh utama kemanusiaan ketika kekuasaan absolut diberikan kepadanya. Dalam kisah ini, antagonis sejati adalah sistem pengawasan itu sendiri.
Kelima anime sci-fi ini menunjukkan bahwa tidak semua perjuangan menghasilkan perubahan nyata. Sering kali para pahlawan harus menghadapi kenyataan pahit bahwa sistem besar dan kuat sulit digulingkan. Namun, dari cerita tersebut juga terselip pesan mendalam tentang pentingnya mempertanyakan nilai-nilai eksistensial dan filosofis dalam kehidupan. Jika kamu belum sempat menyaksikan serial-serial ini, luangkan waktu untuk menontonnya dan temukan pelajaran berharganya, meskipun pada akhirnya kekuatan jahat sering kali lebih unggul.
Baca Juga : Berpetualang dalam Dunia Game! Ini 4 Anime Terbaik Bertema Realitas Maya